Selasa, 16 Oktober 2012

Surat


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh
Ba’da tahmid dan shalawat
                Syukurku kepada Rabb yang telah memintalkan benang-benang napasku dengan selaksa ruh tobat. Dengan itu, aku telah menemukan kembali pencerahan diri untuk segera memperbarui tobatku.
                Akhi, bersamaan dengan napas tobat yang tiada dapat kuserahkan kepada siapa pun ini, rasanya aku ingin berkata sesuatu kepadamu, bahwa aku telah menemukan Kekasih yang lebih baik darimu. Yang Tak Pernah Tidur dan Mengantuk. Ia siap terus-menerus Menjagaku, Mengurusiku dan Memperhatikanku. Ia selalu menemaniku berdua di sepertiga malamku. Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Maha Mencintai yang tiada pernah terbalas cintanya.
                 Maaf akhi, dan aku pun sadar setelah sekian lama merangkak bahwa dirimu bukan apa-apa di banding Dia. Kamu sangat lemah, kecil, kerdil dan tidak ada apa-apa di hadapan-Nya. Ia bisa berbuat apa saja sekehendak-Nya kepadamu. Sementara kau tidaklah dapat berbuat apa-apa. Dan aku sangat mengkhawatirkan kalau Dia Cemburu atas hari-hari yang pernah kita tingkahi sebelumnya. Jujur, aku sangat takut kalau hubungan kita selama ini membuat Dia murka kepada kita, khususnya kepadaku. Dan jika itu benar-benar terjadi, sungguh, apalah arti aku hidup di dunia ini hanya karena hubungan yang kita bingkai dalam tali setan ini. Akhi, Ia Mahakuat, Mahagagah, Mahaperkasa, dan Mahakeras Siksa-Nya.
                Akhi, roncean napas kita bertobat belumlah habis. Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanya di hadapan-Nya. Ia bisa marah, akhi. Marah tentang saling pandang yang pernah kita lakukan, marah karena setitik sentuhan kulit kita yang “belum” halal itu, marah karena terpaksa bahwa suatu ketika kamu memboncengku, marah karena ketetapan-Nya kuadukan padamu atau karena lamunanku yang selalu membayangkan wajahmu. Ia bisa marah, akhi. Ah, di balik tirai-tirai palsu itu, semuanya belumlah terlambat. Ya. Kalau kita putuskan hubungan kita sekarang. Ia Mau Memaafkan dan Mengampuni. Ia Maha Pengampun. Dia tidak pernah lari dari kita, selama kita masih terus mencarinya.
                Akhi, aku mohon jangan marah. Aku sudah bertekad untuk benar-benar menyerahkan dan memutuskan seluruh dendam cinta dan haru biru rinduku pada-Nya , tidak pada selain-Nya. Tetapi, tak hanya diriku, akhi. Kau pun bisa menjadi kekasih-Nya. Namun, salah satunya adalah dengan menjauhi semua hubungan kita selama ini. Juga terus menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Aku ingin bertobat, akhi. Insya Allah. Dia sudah merencanakan masa depan yang indah untuk masing-masing kita. kalau engkau selalu dan terus berusaha mendekati-Nya. Yakinlah, kau pasti akan dilambaikan kepada seorang perempuan salihah. Ya. Dia akan jauh lebih baik daripada diriku saat ini yang penuh dengan lelumpur dosa. Dia akan membantumu, menjaga diri dan agamamu. Agar dirimu senantiasa terbingkai dalam paragraph kesucian menyambut pernikahan yang suci nanti. Inilah do’a ku untukmu, semoga kau pun mendo’a kann aku, akhi.
                Akhi, aku adalah masinis yang membawa rangkaian jiwaku. Aku telah memutuskan untuk memutar haluan hidupku yang salah arah ini. Tetapi aku akan tetap menghormati mu sebagai saudara di jalan-Nya. Ya. Saudara di jalan Allah. Dan inilah sampul yang menyimpul segala kebaikan antara kita. Lebih dari itu, hingga seluruh mukmin yang ada di dunia ini. Tak mustahil pula bahwa yang demikian akan mempertemukan kita dengan Rasulillah di telaganya, lalu beliau pun memberi minum kita dengan air yang lebih manis dari pada air sirup di rumahmu dan rumahku.
                Astaghfirullah. Maaf akhi, tak baik rasanya aku berlama lama dalam menulis surat ini. Aku takut akan merusak hati. Goresan pena terakhirku saat ini adalah do’a keselamatan dunia akhirat sekaligus tanda akhir hubungan ‘haram’ kita selama ini. Insya Allah.
Wassalamu’alaikum Warahnatullahi Wabarakaatuh.
This entry was posted in

0 komentar:

Posting Komentar