Halo reader, kali ini saya akan
mengulas tentang tren inovasi masa kini (Tahun 2016) yaitu Big Data Teknologi ini sudah ada pada tahun 2015, namun di tahun
2016 akan menjadi tren karena adanya peningkatan fitur. Memang ada banyak teknologi
yang sedang berkembang, dan tak bisa di bendung, namun kesempatan ini saya akan
mendetail seputar Big Data.
Kenapa harus data? Selain minyak
mentah, benda apa yang saat ini hampir tidak ternilai harganya? Jawabannya
adalah data! Tren pemakaian data dalam kapasitas besar atau Big Data
diperkirakan akan semakin kuat pengaruhnya di tahun 2016. Perusahaan-perusahaan
teknologi besar seperti Intel dan IBM sudah siap merubah data menjadi salah
satu aspek penting dalam mengambil keputusan. IBM misalnya, sudah membuat
sebuah superkomputer yang siap merubah data dari Twitter menjadi sumber daya
berharga bagi banyak pihak. Data-data tersebut juga termasuk penanganan
berbagai macam penyakit mematikan seperti kanker.
Lalu, Big data itu apa sih?
Kita semua tahu, bahwa data
adalah hasil dari proses pergerakan suatu peristiwa yang kemudian dapat
dijadikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Big Data adalah data dengan
ciri berukuran sangat besar, sangat variatif, sangat cepat pertumbuhannya dan
mungkin tidak terstruktur yang perlu diolah khusus dengan teknologi inovatif
sehingga mendapatkan informasi yang mendalam dan dapat membantu pengambilan keputusan
yang lebih baik. Big data yang diperoleh bisa bersumber dari berbagai peristiwa
seperti transaksi, devices, dan website yang menghasilkan data (bukan data
dalam pengertian bandwith). Seperti data cuaca, finansial, pergerakan politik,
ATM, pangan, jumlah pengunjung, jenis kelamin, kesukaan, hobi, dan sebagainya
Apa yang membuat big data berbeda
dengan data biasa? Bisa dikatakan dari definisi yang kita punya, ciri dari big
data itu:
- Berukuran
sangat besar (Volume)
- Sangat
Variatif (Variety)
- Cepat
Pertumbuhannya (Velocity)
- Tidak
Terstruktur
Teknologi Big Data adalah
teknologi yang memungkinkan proses pengolahan data dengan empat ciri di atas.
Sebelum munculnya teknologi ini, pengolahan data hampir selalu dilakukan oleh
programmer, jadi terbayang kegiatan proses pengolahan data sangat memakan
waktu. Dengan adanya big data ini, bertujuan agar setiap bisnis, organisasi
ataupun individu yang mampu mengolah data tersebut bisa mendapatkan informasi
lebih mendalam (insights) yang akan memicu pengambilan keputusan (decision
making) dan tindakan (action) bisnis yang mengandalkan insights tersebut, bukan
berdasarkan insting semata.
Permintaan Data Analyst/Scientist
Pengolahan big data tentunya
memerlukan sumber daya manusia andal yang memiliki kemampuan untuk
mentransformasikan data menjadi informasi/wisdom yang berguna bagi organisasi
maupun perusahaan. Demand dari data analys/scientist sendiri mulai mengalami ledakan
pada akhir-akhir ini. Gartner Research memperkirakan, 4,4 juta lowongan kerja
di seluruh dunia akan tercipta untuk pengolahan big data. Tidak heran jika
Harvard Business Review menyebut data scientist sebagai “The Sexiest Job of
21st Century”. Juga menurut McKinsey Global Institute, 140.000-190.000 orang
tidak memiliki kemampuan analisa yang baik dan sebanyak 1,5 juta manajer tidak
memiliki kemampuan menggunakan big data. Maka dari itu, itu adalah sebuah
potensi besar bagi yang sedang memperdalam ilmu analisa dan statistik.
Pertanyaannya, apakah pustakawan termasuk ke dalam kategori tersebut? Dalam
kemampuan dasarnya, seorang pustakawan dapat melakukan collect, organize,
store, curate, manage, analyze, report, visualize, and securing pada koleksi informasi
di pusat informasi (perpustakaan, riset, dsb). Hanya beberapa skill yang perlu
ditingkatkan, yaitu mendalami ilmu statistik dan beberapa sentuhan pengetahuan
teknologi informasi terkini (cloud computing, smart computing, dsb), maka
pustakawan bisa dikatakan termasuk kategori data analyst.
Salary dan Potensi Daya Saing
Menjadi data analyst memang tidak
mudah. Namun ketika demand meninggi sementara supply terbatas, akhirnya adalah
salary yang tinggi. Data yang dirilis dari KDnuggets Annual Salary Poll,
rata-rata pendapatan tahunan seorang data analyst/scientist di Asia adalah
sekitar US$ 59,8 ribu (sekitar Rp. 50 juta/bulan). CIO Universitas Indonesia,
Riri Fitri Sari, menyebutkan “Yang sangat diperlukan data analyst adalah
kemampuan logika yang dalam dan kegigihan untuk terus belajar dan menguasai
bisnis proses yang ada”. Beberapa job yang ditawarkan mulai Juni 2011 yang
berhubungan dengan lingkup data analyst pustakawan antara lain:
- Data Management Consultant
- Data Mining Consultant
- Data Research Scientist
- Data Services Librarian
- Design Data Librarian
- Digital Archivist
- Digital Collections
- Strategist and Architecture Librarian
- Digital Humanities Design Consultant
- Digital Records Archivist Manager
- Data Management Services
- Research Data Librarian
- Research Data Management Coordinator
- Scientific Data Curation
- Specialist / Metadata Librarian
- Scientific Data Curator
- Social Science Data Consultant
Dalam kemampuan teknis IT
fundamental, pustakawan mungkin akan kalah saing dengan mereka yang berasal
dari ilmu komputer dan sejenisnya. Namun, pustakawan saat ini dapat
memanfaatkan potensi big data dari segi non-teknis termasuk menggunakan tools
yang sudah ada, melakukan data riset lokal, hingga menggunakan data untuk
mengadvokasi diri sendiri dan komunitas sekitar. Penanganan konten atau
informasi merupakan ruang lingkup ilmu perpustakaan. Beberapa contoh potensi
data yang dapat diambil oleh pustakawan adalah:
- Data transaksi
- Keluar-masuk pintu tiket
- Kehadiran orang dalam event
- Website data
- Survey data
- Data koleksi
- Bahasa yang digunakan (analisa lanjutan)
- Aktivitas terbaru dari media sosial
- Penghitungan sirkulasi
- Pengaksesan jurnal
- Manajemen database
Setelah data-data tersebut
didapatkan oleh pustakawan, pengelolaan dan pemanfaatan data tersebut dapat
diterapkan untuk perantara penuturan cerita terhadap bisnis, visualisasi
menggunakan pola, determine influences, mengimprovisasi rencana layanan, drive
data-based decisions, membuat konten lebih mudah diakses, assess current
services, maupun discern the correct questions. Konsep ini bukan hanya dapat
diterapkan dalam perpustakaan untuk meningkatkan inovasi pelayanan, namun
pustakawan juga dapat menerapkannya dalam dunia bisnis. Proses tersebut dapat
diawali melalui tahap perencanaan, implementasi, analisa, kemudian menggunakan
hasilnya (use). Perlu diketahui, negara yang memiliki ilmu perpustakaan yang
maju, kini telah menangani banyak masalah penataan konten untuk bagian metadata
(RDA/Dublin Core), teknologi penemuan koleksi/informasi dengan cepat (search
engine), database programming, semantic web, information architecture,
infografis, dan responsive digital content.
Contoh Penerapan Big Data
Analisa Perilaku Belanja Konsumen
Tahukah Anda, bahwa data struk
belanja yang dimiliki oleh perusahaan ritel dapat digunakan untuk meneliti
perilaku konsumennya?
Jadi, data dari tiap struk
transaksi tentunya berisi kombinasi produk-produk yang Anda beli, jumlah dan
harganya. Seluruh data transaksi tersebut kemudian dicari pola belanja untuk
menjawab pertanyaan: kombinasi dua atau tiga produk apa saja yang paling sering
dibeli oleh konsumen.
Dari hasil informasi tersebut ada
beberapa tindakan menarik yang dapat dilakukan, diantaranya: menyusun rak
belanja agar dua atau tiga produk tersebut berdekatan sehingga mudah dijangkau
oleh konsumen dan dapat diputuskan untuk dibeli dengan cepat. Kemudian bisa
membuat paket promosi dimana kombinasi produk-produk tersebut dijual lebih
murah.
Tindakan ini terbukti dapat
meningkatkan penjualan secara signifikan dan mengurangi masalah inventori /
stok.
Awalnya, permasalahan ini
kelihatan mudah dan bisa dipecahkan dengan program spreadsheet seperti Excel.
Namun, tahukah Anda jika Anda memiliki 1000 item SKU (produk) dari seluruh
struk transaksi maka Anda sudah memiliki 999,000 kombinasi dua produk yang
perlu dicek kembali ke data-data transaksi.
Berapa lama waktu yang Anda
perlukan dengan menggunakan spreadsheet? Dua minggu? Sebulan? Namun, jika
digabungkan dengan penggunaan teknologi data mining mungkin hanya memerlukan
waktu beberapa detik atau mungkin paling lama 1 jam.
Adapun contoh lain maanfaat big data yaitu sebagai berikut:
- Perusahaan ritel dapat menggunakan informasi dari social media seperti Facebook, Twitter, Google+ untuk menganalisis bagaimana perilaku, persepsi pelanggan terhadap suatu produk atau brand dari perusahan.
- Perusahan manufaktur dapat memantau kondisi peralatan setiap saat (real-time), sehingga dapat memperkirakan waktu terbaik untuk mengganti peralatan. Karena mengganti terlalu cepat akan merugikan/buang-buang uang atau kalau terlambat akan menyebabkan produksi terganggu karena kerusakan peralatan.
- Perusahaan manufaktur juga bisa memantau produk yang baru launching melalui social sedia untuk mengetahui apakah ada isu after-sales sehingga dapat mencegah kegagalan garansi yang menyebabkan publikasi besar yang dapat merusak citra produk dan perusahaan.
- Perusahaan periklanan dapat menggunakan informasi dari social media untuk mengetahui tanggapan terhadap promosi/iklan yang baru diluncurkan.
- Rumah sakit dapat merekam catatan medis pasien sehingga big data tersebut bisa digunakan untuk menganalisis kecenderungan sakit pasien
- Pemerintahan dapat menggunakan informasi dari social media untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah
- Jasa Keuangan dapat menggunakan analisis big data untuk melihat aplikasi asuransi yang dapat segera diproses, dan mana yang perlu divalidasi dengan dilakukan kunjungan oleh agen asuransi
- Jasa Perbankan dapat menggunakan rekaman transaksi nasabah untuk mengetahui kemungkinan adanya kegiatan kejahatan seperti pencucian uang, atau juga untuk merekam catatan kebiasaan karyawan dalam rangka mendeteksi kemungkinan fraud.
- Tim olahraga dapat menggunakan big data untuk tracking penjualan tiket, mengetahui kondisi pemain dan probabilitas akan mengalami cedera dan bahkan strategi bermain dari tim.
Alat dan Penerapan
Alat apa yang dapat digunakan
saat ini untuk mengorganisasi dan merapihkan sekian banyak set-data? Salah
satunya adalah Open Refine Projects. Open Refine (dahulu proyek Google Refine)
mampu membersihkan, memilah dan memilih data yang diinginkan dari kumpulan
set-data/table. Kemudian contoh lainnya adalah Data Management Plan (DMP) dari
California Digital Library, Gephi untuk visualisasi data, dan Gapminder sebagai kumpulan visualisasi data
sosial-ekonomi. Penulis rasa contoh tools-tools tersebut sudah familiar
penggunaannya apabila digunakan oleh pustakawan untuk riset data yang akan
dilakukannya. Dengan memiliki kemampuan dasar yang telah disebutkan sebelumnya,
pustakawan juga bisa berkontribusi dalam Open Government Indonesia (OGI) dari
UKP4 dalam membantu proses transparansi informasi layanan publik, hukum, dan
pemerintahan di Indonesia dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk
kemudian disajikan untuk berbagai kebutuhan. Bergabung proyek Open Knowledge
Foundation Network (OKFN) atau bisa juga membuat portal data mandiri
menggunakan CKAN sebagai platform data research portal.
Pendekatan big data oleh
pustakawan merupakan sebuah hal yang baru berkembang di dunia. Potensi ini
masih perlu diperhatikan lebih lanjut oleh semua kalangan, terutama di
Indonesia. Termasuk akademisi sebagai pihak pengembang ilmu/teorinya dan
pemerintah sebagai pengambil kebijakan kesejahteraan profesi, mengingat manfaat
yang besar jika dapat mengelolanya. Pustakawan, yang telah mempelajari ilmu perpustakaan,
dapat mempertimbangkan pendekatan ini agar ilmu yang dipelajari dapat selaras
dengan kebutuhan permintaan industri dan inovasi.
Sumber:
Guuddjabbbb..!! Nice article Hani.!! Informasinya lengkap sekali, ditambah gambar yang menarik, sehingga yang membaca tidak bosan. Sangat menambah pengetahuan. Lanjutkan!!
BalasHapusLuar Byazah :))
BalasHapus